Keceriaan Sosialisasi Kelas Maya dan Rumah Belajar di SMP N 2 Singkep Pesisir


DSCF5894

Peserta Sosialisasi Portal Rumah Belajar di SMP Negeri 2 Singkep Pesisir

Pendidikan harus selalu mengikuti perkembangan Zaman. Era revolusi industri 4.0 hari ini tentunya menuntut kita semua baik sebagai guru, siswa dan orang tua harus siap menerima perubahan. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) telah mengembangkan berbagai produk diantaranya adalah adalah portal Rumah Belajar dengan alamat https://belajar.kemdikbud.go.id Baca lebih lanjut

Categories: Uncategorized | Tinggalkan komentar

Pengalaman Mengikuti Kegiatan VCT Batch 4 Sumatera – VCI 83.9 KEPRI


Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam Bapak/Ibu Hebat.

Salam pendidikan berkemajuan. Alhamdulillah, pada postingan kali ini saya akan berbagi pengalaman mengikuti kegiatan yang diadakan oleh SEAMEO (South East Asia Minister of Edication Organization) Virtual Coordinator Training (VCT) Batch 4 Zona Sumatera – VCI 83.9 Kepulauan Riau, yang telah saya ikuti beberapa waktu yang lalu sekitar bulan Mei-Juni 2019. Baca lebih lanjut

Categories: artikel, informasi, Uncategorized | Tag: , , , , | Tinggalkan komentar

Pengembangan Kepemimpinan Pendidikan


BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.    Latar Belakang

Di era globalisasi yang marak ditandai dengan perkembangan sistem informasi dan teknologi (IT) yang begitu melejit dan maju dengan sangat pesat, hal ini mengakibatkan pula berkembangnya dunia ilmu pengetahuan dan teknologi serta disiplin ilmu lain yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak hanya dalam konteks itu, bahwa dampak yang diberikan juga mempengaruhi dalam bidang pendidikan pada khususnya.

Berbicara pendidikan secara khusus tidak akan lepas dari peran sebuah kepemimpinan pendidikan. Oleh karena itu, efek era globalisasi secara tidak langsung pun menuntut pada setiap pemimpin pendidikan baik statusnya sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok harus selalu berusaha memperbaiki dan mengembangkan skill dan kepribadian dirinya agar menjadi seorang pemimpin yang lebih baik serta pandai beradaptasi dengan lingkungan. Sesuai dengan kodrat manusia yang diciptakan oleh Tuhan, bahwa mereka sejak lahir telah membawa potensi-potensi yang dapat dikembangkan dan ditumbuhkan melalui berbagai usaha-usaha yang berkelanjutan dan sistematis.

Baca lebih lanjut

Categories: karya ilmiah | Tag: , , , , | Tinggalkan komentar

Pendidikan dan Pembentukan Karakter


BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.    Latar Belakang

Di era globalisasi yang di tandai dengan kemajuan dunia ilmu informasi dan teknologi, memberikan banyak perubahan dan tekanan dalam segala bidang. Dunia pendidikan yang secara filosofis di pandang sebagai alat atau wadah untuk mencerdaskan dan membentuk watak manusia agar lebih baik (humanisasi), sekarang sudah mulai bergeser atau disorientasi. Demikian terjadi salah satunya dikarenakan kurang siapnya pendidikan untuk mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat. Sehingga pendidikan mendapat krisis dalam hal kepercayaan dari masyarakat, dan lebih ironisnya lagi bahwa pendidikan sekarang sudah masuk dalam krisis pembentukan karakter (kepribadian) secara baik. Hal ini terlihat dalam realita masih banyak peserta didik tingkat setara SMA/SMK sering muncul dalam media masa dalam aksi tawuran dan pengrusakan fasilitas sekolah.

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan primer atau mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang dengan cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidupnya.[1] Dalam pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan agama.

Pendidikan bertujuan tidak sekedar proses alih budaya atau alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sekaligus sebagai proses alih nilai (transfer of value). Artinya bahwa Pendidikan, di samping proses pertalian dan transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan proses perkembangan dan pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat. Dalam rangka internalisasi nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik, maka perlu adanya optimalisasi pendidikan. Perlu kita sadari bahwa fungsi pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[2] Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesem-purnaan hidup anak-anak kita. Pendidikan karakter merupakan bagian integral yang sangat penting dari pendidikan kita. Baca lebih lanjut

Categories: karya ilmiah | Tag: , , | Tinggalkan komentar

LAPORAN PENELITIAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (STUDY IDOLA REMAJA)


ABSTRAKSI

IDOLA REMAJA

Dalam perjalanan kehidupan  manusia tidak akan lepas dari peran dan keberadaanya orang lain. Karena manusia adalah makhluk sosial, yang mana tidak bisa lepas dari bantuan atau pertologan orang lain. Itu adalah fitrah dari manusia sendiri, manusia biasanya dalam perjalanan kehidupannya mempunyai idola. Biasanya idola adalah seseorang yang dikagumi dan disukai dari sikap dan tindakannya oleh orang yang mengidolakan. Sehingga orang yang mengidolakan dapat meniru dan membuat pola kehidupannya tidak jauh berbeda dari yang diidolakan. Remaja adalah masa pencarian identitas diri, masa transisi yang penuh dengan masalah dan mencari pola hidup dewasa yang lebih baik kelak. Dan kebanyakan orang yang mempunyai idola adalah kalangan anak remaja, karena mereka masih dalam keadaan krisis identitas. Artinya, Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Dan disini bahwa remaja dalam pencarian identitas diri maka akan banyak tiruan-tiruan dari orang lain yang mungkin peran dan sikapnya membuat remaja ini terkagum.

Dengan pertimbangan inilah, maka penulis sebagai mahasiswa pendidikanan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan tertarik untuk mengangkat tema Idola Remaja. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh idola dalam pencarian identitas diri pada masa remaja, Bagaimana manfaat yang didapat oleh remaja, dan bagaimana pengaruh idola terhadap motivasi remaja dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian ini, penulis mengunakan metode wawancara terpimpin terstrukstur. Hal ini digunakan agar hasil tanggapan dari informan tidak terlalu menyimpang dari pembahasan sehingga proses wawancara tersusun sistematis. Disamping itu, dalam penulisan ini mengunakan metode observasi retrospeksi  adalah mengobservasi baru kemudian mengadakan pencatatan. Dan dalam pendekatannya penulis mengunakan pendekatan narasi deskritif, penggunaan narasi deskripsi dalam penelitian tersebut digunakan sebagai upaya agar penulisan ini dapat mencapai objektifikasi keilmuan.

Hasil penelitian yang diperoleh dengan mengunakan metode wawancara dan observasi adalah bahwa peran idola itu memang sangat berpengaruh dalam proses pencarian jati diri remaja, bahwa idola juga sangat berperan sebagai motivator dalam menuju kehidupan yang berkualitas dan berbudi pekerti yang baik. Namun, dari kedua informan yang penulis wawancarai bahwa idola juga dapat menjadikan pemicu kepada keburukan atau sering dikatakan sebagai dampak negatifnya, yaitu antara lain jika seseorang terlalu fanatik dan terobsesi yang berlebihan sampai memuja-muja, hal ini ditakutkan akan menjadikan pemicu untuk menyekutukan Allah SWT. Dan dilain sisi jika terlalu fanatik maka akan dapat mengakibatkan emosi antar remaja menjadi naik, sehingga akhirnya pada bertengkar dan berantem antar remaja.

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Perubahan kejiwaan ini menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode strum und drang. Sebabnya karena mereka mengalami penuh dengan gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat.[1] Karena remaja adalah masa yang berada di antara anak-anak dan masa dewasa. Ia adalah masa di mana individu tampak bukan anak-anak lagi, tapi juga tidak tampak sebagai orang dewasa yang matang, baik pria maupun wanita.[2]

Disini penulis melihat bahwa peran remaja begitu besar dalam kemajuan bangsa Indonesia sendiri. Karena remaja adalah pundi-pundi penerus para pejuang yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia. Bahwa memang remaja sudah diklaim sebagai penerus pejuang-pejuang bangsa maka secara tidak langsung para remaja harus mulai menyiapkan dan siap menghadapi tantangan didepannya, harus mempunyai jiwa yang kuat, tegas, bijaksana, dan bertanggung jawab. Dan pertanyaanya, jika ada seorang remaja yang mungkin tidak dapat besikap baik dan bijaksana lantas kita harus berbuat seperti apa?. Dalam hal ini agar  terbentuk sikap yang baik, bijaksana, adil, tanggung jawab dalam diri manusia sendiri maka pastinya banyak faktor yang akan mempengaruhinya. Baik faktor internal maupun ekternal.

Berangkat dari fenomena yang dipaparkan diatas maka penulis mencoba meneliti bagaimana faktor ekternal mempengaruhi sikap dan pencarian indentitas remaja, fokus peneliti adalah dalam hal idola. Karena bagi penulis bahwa idola merupakan faktor ekternal yang hampir semua remaja mempunyai idola. Maka dari itu penulis memfokuskan dalam pembahasan penulisan ini pada idola remaja dalam mempengaruhi proses pencarian jati diri dan sebagai motivator dalam kehidupan sehari-hari.

  1. B.     Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam dasar pemikiran di atas maka penulis dapat menarik rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Apa pengertian idola dan remaja?
  2. Bagaimana pengaruh idola terhadap perkembangan pada masa remaja yang mencari identitas diri?
  3. Bagaimana pengaruh idola terhadapa motivasi remaja dalam kehidupan sehari-hari?

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pegertian Reamaja

Periodisasi masa remaja (Pubertas, Remaja Awal dan Remaja Akhir) dalam sudut pandang psikologi islam disebut amrad [3], yaitu fase persiapan bagi manusia untuk melakukan peran sebagai khalifah Allah di bumi adanya kesadaran akan tanggung jawab terhadap sesama makhluk meneguhkan pengabdiannya kepada Allah melalui amar ma’ruf nahi munkar pubertas. Pubertas berasal dari bahasa pubes (dalam bahasa latin) yang berarti ramput kelamin, yaitu merupakan tanda kelamin sekunder yang menekankan pada perkembangan seksual.[4]

Masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Perubahan kejiwaan ini menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode strum und drang. Sebabnya karena mereka mengalami penuh dengan gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat.[5] Karena remaja adalah masa yang berada di antara anak-anak dan masa dewasa. Ia adalah masa di mana individu tampak bukan anak-anak lagi, tapi juga tidak tampak sebagai orang dewasa yang matang, baik pria maupun wanita.[6] Sehingga tidaklah heran jika dalam masa remaja banyak hal yang dilakukan remaja itu banyak yang negatif atau menyimpang dari aturan-aturan masyarakat maupun syari’at.

  1. Aspek-aspek Perkembangan Masa Remaja
    1. Perkembangan Fisik

Masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan perkembangan fisik pada akhir masa remaja menunjukan terbentuknya remaja laki-laki sebagai bentuk khas laki-laki dan remaja perempuan menjadi bentuk khas perempuan.[7] Pertumbuhan fisik ini mengalami perubahan dengan cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak.

  1. Perkembangan Seksual

Perkembangan seksual kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri,dan sebagainya. Perkembanga seksual pada anak-anak laki-laki biasanya ditandai antaranya: alat produksi sperma yang mulai berproduksi (mereka mengalami masa mimpi yang indah pertama, dan tanpa sadar mereka mengeluarkan sperma). Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan mentruasi (datang bulan) yang pertama.

  1. Perkembangan Kognisi

Ketika masa remaja cara berpikir mereka ialah cara berpikir kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Misalnya remaja duduk didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang” (suatu alasan yang bisa diberikan orang tua di Sumatera secara turun-temurun). Anadaikan yang dilarang itu anak kecil, pastia dia akan menurut perintah dari orang tuanya, tetapi lain halnya jika remaja maka ia akan mempertanyakan mengapa ia tidak boleh duduk di depan pintu. Namun jika orang tua tidak mampu menjawab pertanyaan anaknya itu, dan menganggap anak yang dinasehati itu melawan, lalu orang tua itu marah padanya, maka anak yang sedang menginjak remaja itu pasti akan melawannya. Sebab anak itu merasa dirinya sudah berstatus remaja, sedangkan orang tua itu memperlakukanya seperti anak-anak yang bisa dibodoh-bodohi.[8]

  1. Konsep Kecerdasan

Kemampuan berpikir termasuk dalam aspek kognitif yang sering disebut dengan kecerdasan atau intelegensi. Charles Spearman, mengatakan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan yang merupakan kemampuan tunggal artinya semua tugas dan prestasi mental hanya menuntut dua macam koalitas saja, yaitu intelegensi umum dan ketrampilan individu dalam hal tertentu.

  1. Pengukuran Kecerdasan

Kecerdaasan dapat diukur melalui tes kecerdasan, orang pertama yang melakukan tes kecerdasan ini adalah Binet yang mengukur fungsi kognitif, tes tersebut kemudian disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga dikenal tes inteligensi Binet-Simon, hasil tes dikenal Inteligency Quotien (IQ) yang menunjukan tingkat inteligensi seseorang. Adapun rumus untuk menghitung sekor IQ adalah: IQ=MA/CAX100%.[9]

  1. Perkembangan Emosi

Keadaan emosi pada remaja masih labil karena erat kaitannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dan dilain waktu ia bisa marah sekali. Hal ini dapat terlihat pada remaja yang sedang putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya, misalnya ia dipelototi atau dihina-hina. Kalau sedang senang-senangnya mereka kadang mudah lupa diri karena mereka belum mampu menahan emosi yang meluap-luap itu, bahkan remaja ada yang terjerumus dalam tindakan yang tidak bermoral.[10]

  1. Pengertian Idola

Kata idola sering kita dengar, karena kata idola begitu familiar di tengah realitas sosial. Kata idola dalam kamus ilmiah diartikan sembahan, pujaan, sanjungan.[11] Tidak heran jika banyak dari kalangan remaja yang hampir semua pasti memliki idola dalam hidupnya. Artinya pujaan hati yang secara tidak langsung memberi stimulus baik motivasi atau sikap yang baik pada dirinya.

Orang yang mengidolakan idola disebut dengan idolator, baik pertanyaannya adalah apakah harus orang yang besar, kaya, selebritis, usahawan, dan yang elit-elit yang harus kita idolakan?. Bagaiku tidak idola dari orang yang bukan selebritis pun banyak. Karena ketika kita mengidolakan orang yang besar, namun mereka sikap da perbuatannnya jelek maka jelas yang banyak orang pilih adalah orang kecil yang mempunyai karisma yang alim dan bijaksana.

  1. Motif

Motif berasal dari bahas latin movere yang berarti bergerak atau to move (Branca, 1964). Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force.

  1. Teori-teori Motif

Di atas telah sedikit dijelaskan tentang motif, walaupun hanya dasar dan sederhana. Motif atau driving state dapat timbul karena stimulus internal, stimulus eksternal, ataupun interaksi antara keduanya (Crider, dkk., 1983). Misalnya keinginan untuk mendapatkan restu (approval) adalah dari stimulus ekternal, yaitu keadaan sosial. Kadang motif timbul karena stimulus internal, namun apa yang akan dimakan dan bagaimana makannya, merupakan hal yang dipengaruhi oleh lingkungan, dipengaruhi oleh faktor belajar.

Mengenai motif ada beberapa teori yang diajukan yang memberi gambaran tentang beberapa jauh peranan dari stimulus internal dan eksternal. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Teori insting
  2. Teori dorongan
  3. Teori intensif
  4. Teori atribusi
  5. Teori kognitif
  6. Jenis-jenis Motif

Dalam masalah motif terdapat adanya macam-macam motif, namun ternyata pendapat ahli yang satu dapat berbeda dengan pendapat ahli yang lain. Disamping itu ada ahli yang menekannkan pada sesuatu macam motif, tetapi ada juga ahli yang menekankan pada macam motif yang lain. Namun demikian para ahli pada umumnya sependapat bahwa ada motif yang berkaitan dengan kelangsungan hidup organisme, yaitu yang disebut sebagai motif biologis (Gerungan, 1965).

  1. Motif fisiologis

Dorongan atau motif fisiologis pada umumnya berakar pada keadaan jasmani, misal dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual, dorongan untuk mendapatkan udara segar.

  1. Motif Sosial

Motif sosial merupakan motif yang kompleks, dan merupakan sumber dari banyak prilaku atau perbuatan manusia.

  1. Motif eksplorasi, kompetensi, dan self-aktualisasi

Pembicararaan meneganai motif belumlah tuntas jika belum membahas atau mengemukakan ketiga motif ini, khususnya menyangkut manusia. Ketiga motif ini ialah,

  1. Motif untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan.
  2. Motif untuk menguasai tantangan yang ada dalam lingkungan dan menanganinya dengan secara efektif.
  3. Motif untuk aktualisasi diri, yang berkaitan sampai seberapa jauh seorang dapat bertindak atau berbuat untuk mengaktualisasikan dirinya seperti yang dikemukakan oleh Maslow.[12]

BAB III

HASIL PENELITIAN

  1. A.    Identitas Diri Remaja A

Nama dari informan pertama yang penulis wawancarai dan teliti adalah Muhammad Burhanudin, Dia lahir di Grobogan, 12- Sepetember-1991, anak ketiga dari empat bersaudara, Alamat rumah: Jln. Raya Sulursari, RT01/RW04, Desa Pandan Harum, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan. Dia dilahirkan dari pasangan suami istri yang berlatar belakang baik, ayahnya bernama Mochammad Mudjahid Baqin alumni Pondok Pesantren Langitan, Widang-Tuban-JaTim, dan ibunya bernama Masruatun alumni Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen-Demak.

Riwayat pendidikannya dia mulai belajar di TK (Taman Kanak-kanak) tepatnya TK itu di daerah Pandan Harum selama dua tahun. Kemudian setelah itu melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu di Madrasah Ibtidaiyah Fathul Ulum. Kemudian dilanjutkan lagi dalam satu yayasan tetapi berbeda tingkatannya, yaitu masuk pada jenjang Madrasah Tsanawiyah Fathul Ulum. Setelah lulus dari MTs kemudian saudara Burhan melanjutkan ke Madrasah Aliyah Mambaus Sholohin, Yayasan Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, desa Suci, kecamatan Manyar, kabupaten Gresik-JATIM.

Setelah selesai atau lulus dari Madrasah Aliyah Mambaus Sholihin pada tahun 2009,  kemudian dia melanjutkan pada Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA) jurusan Pendidikan Agama Islam dan aktif  di Organisasi Santri Pondok Pesantren Mambaus Sholihin (OSPMS) sebagai sekretaris komplek Al-Ghozali dan anggota Departeman  Minat dan Bakat sebagai koordinator pelatihan Sanggar Kaligrafi. Tetapi dengan dia melanjutkan dalam pendidikannya dia merasa tidak cocok baik dengan lingkungannya ataupun  bidang yang dia ikuti. Setelah satuh tahun dalam perjalanan hidup yang begitu membosannkan dia mempunyai padangan untuk berpindah kampus. Alhasil pada tahun ajaran 2010-2011 di UIN Sunan Kalijaga  dia mencoba mendaftar, dan hasilnya Alhamdulillah diterima di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Jurusan Sastra Inggris.

Sekarang saudara Burhan tinggal di Yogyakarta di daerah Kotagede, tepatnya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin. Karena dia ingin lebih mendalami ilmu-ilmu agama yang dulu pernah di lakukan pada jenjang pendidikan yang sebelumnya. Dan dia aktif di organisasi yang ada di pondoknya, yaitu orgaisasi KASTA (Kaum Sarungan Kota). Meskipun saudara Burhan hanya sebagai angota, karena dia masih baru dalam lingkungan pondoknya, namun saudara burhan sudah sering menyumbangkan ide atau gagasan demi keeksisitensian organisasi KASTA  tersebut, Selain itu dia juga anggota Himpunan Alumni Mambaus Sholihin (HAMAM) dan Keluarga Mahasiswa Grobogan Yogjakarta (KaMaGaYo) sebagai sarana untuk mempererat tali siaturrahim antara para alumni pondok Mambaus Sholihin dan sesama mahasiswa Grobogan.[13]

  1. B.     Indentitas Idola Remaja A

Saudara Burhan mengidolakan sosok seorang yang begitu berwibawa, dan bijaksana yang membawa banyak perubahan dalam hidupnya, beliau tidak lain adalah pengasuh Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, Suci-Manyar-Gresik  yaitu KH. Masbuhin Faqih. Beliau adalah Alumni Pondok Pesantren Darussalam, Gontor-Ponorogo dan Pondok Pesantren Langitan, Widang-Tuban.

Karena menurut saudara Burhan Beliau bukan hanya seorang Kyai atau Guru yang mengajarkan ilmu agama, Tapi juga seorang Maha Guru yang begitu luar biasa yang karena Fadhol dari Allah dapat mengemban amanah membimbing ribuan santri menjadi seorang yang bukan hanya Alim dan Sholeh, tapi juga Kafi yang berarti seorang santri yang cakap dan mampu mengahadapi tantangan zaman.  Sehingga dapat mengaplikasikan motto pesantren. “Menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang di anggap lebih baik”. Baik secara tersirat maupun tersurat.

Mungkin prilaku atau Uswatun Hasanah dari beliau yang samapi detik ini masih ternanam dalam setiap detak nafas saudara Burhan adalah cinta terhadap dzurriyyah Rosul dan Ketaatan beliau kepada gurunya yaitu KH. Abdullah Faqih pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Widang-Tuban-JaTim. Begitu cintanya beliau terhadap para keturunan sang rahmatan lil ‘alamiin, setiap tahun ada banyak habaib yang di undang beliau baik dalam negeri maupun luar negeri karena dengan cinta kepada keturunan Nabi Muhammad SAW, maka akan bertambah keberkahan pada hidup dan pondok pesantren.

Yang selanjutnya adalah ketaatan beliau pada gurunya atau dalam istilah pesantren Khidmah ata mengabdi pada guru dan di setiap untaian kata penyejuk hati  beliau kepada santri-santrinya selalu menamkan “Wa bil ilmi tuntafa’u wa bil khidmati turtafa’u”, dan dengan berilmu seseorang itu akan menjadi bermanfaat dan dengan berkhidmah atau mengabdi seseorang itu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Guru disini bukan hanya seorang Kyai atau Pengasuh Pondok Pesantren, Tapi semua guru yang pernah mengajarkan kamu meskipun hanya satu huruf. Sehingga tidak ada istilah mantan Guru. Seperti petuah sayyida Ali “Ana ‘abdu man ‘allamani, walau harfan wakhidan”.[14] Di sini letak kekaguman saudara Burhan kepada beliau dan sampai sekarang pun dia masih megidolakan beliau.

  1. C.    Pengaruh Dalam Pencarian Jati Diri Remaja A

Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri atau banyak orang mengatakan jati diri. Dengan sebuah perjalanan hidup pada masa remaja yang penuh dengan masalah dan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa artinya masa yang berada diantara kanak-kanak dan masa dewasa.[15] Tentunya dalam perjalanan ini banyak faktor yang mempengaruhi baik faktor internal maupun eksternal. Dan kebanyakan faktor-faktor ini tidak berdiri sendiri, melainkan faktor ini saling berkaitan dan saling terafiliasi untuk mencapai prilaku yang baik. Karena faktor dalam akan ditentukan oleh faktor luar, dan sebaliknya.[16]

Dalam penelitian ini penulis meneliti saudara Muhammad Burhanudin, karena terkait upaya penulis dalam pencarian seberapa jauh pengaruh seorang idola dalam perjalanan masa remaja yang sering disebut dengan pencarian jati diri. Setelah penulis melakukan metode wawancara kepada saudara Muhammad Burhanudin, yang mana tadi sudah dijelaskan dimuka bahwasanya menurut saudara Burhan bahwa beliau (idola) membawa pengaruh yang begitu besar dalam pencarian jati dirinya sebagia seseorang yang lebih baik dan pribadi yang Alim, Sholeh, Kafi. Karena belajar dari beliau saudara Burhan seakan terinspirasi dari sosok beliau yang ikhlas mencurahkan jiwaraga dan harta bahkan nyawa untuk menyebarkan agama Allah SWT.[17]

  1. D.    Pengaruh Idola Tehadap Motivasi Remaja A

Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait mengait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang mempengaruhi  motif disebut motivasi. Kalau ornag ingin mengetahui mengapa oranga berbuat atau berprilaku ke arah sesuatu yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi(motivated behavior). motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.[18]

Dalam penelitian ini penulis meneliti saudara Muhammad Burhanudin, karena dalam upaya untuk mengetahui bagaimana pengaruh idola dalam motivasi kehidupan saudara Muhammad Burhanudin dan setelah melakukan metode wawancara dan observasi dengan beliau sehingga menghasilkan data menurut dia adalah bahwasanya Idola jelas menjadi motivasi utama bagi saudara Burhan, karena menurut saudara Burhan jika setiap orang diberi pertanyaan yang sama, mengapa anda ingin menjadi seperti itu atau menjadi jati diri seperti itu (idola) ? pastilah mereka akan  menjawab karena saya ingin menjadi yang seperti idola saya. Jadi menurut saudara Burhan Idola tidak hanya sebagai motivator saja tapi lebih, karena idola juga seseorang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan remaja, Baik menjadikan remaja menjadi lebih baik atau bahkan menjadikan jati diri remaja yang sangat buruk sekalipun, dan terkadang perkataan idola lebih diperhatikan melebihi peran orang tua sendiri.[19]

  1. A.    Identitas Diri Remaja B

Dalam penelitian ini penulis meneliti saudara  Moch Mizan Fadhil,lahir 17 april 1992 di desa Kepatihan Rt 03 Rw 02 Menganti Gresik Jawa Timur.Anak ke 2 dari 4 bersaudara yang dilahirkan dari pasanagan suami istri Drs.Sumain & Nur hidayati keluarga tersebut berlatar belakang ekonomi yang alhamdulillah  berkecukupan.

Ayahnya diahirkan di desa Tambakberas, kec Cerme , Kab gresik JATIM dan menyelesaikan S1 di salah satu perguruan tinggi Surabaya (UNESA), Bundanya lahir di Desa Kepatihan Rt 03 Rw 02 Kec. Menganti, Kab. Gresik JATIM.

Jenjang pendidikan saudara Moch Mizan Fadhil  dimulai dari TK (Taman Kanak-Kanak) Nurul Huda I di desa kepatihan Rt 03 Rw 02 kecamatan Menganti Kabupaten Gresik dan meneruskan ke lembaga  pendidikan MI (Madrasah Ibtida’iyah) Nurul Huda I selama enam  tahun di wilayah yang sama.

Setelah lulus dari pendidikan dasarnya saudara Moch Mizan Fadhil  melanjutkan ke jenjang lembaga keagamaan MMA (Madrasah Mu’alimin Mu’alimat) dari tahun 2005-2010 selama di MMA saudara aktif di Jam’iyah Atthulab nama lain dari OSIS yang mana lembaga tersebut berdiri di bawah naungan pondok pesantren Sunan Drajat yang diasuh oleh beliau Prof.Dr.K.H Abdul Ghofur  yang  terletak di dusun Banjaranyar  Desa Banjarwati, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan-Jawa Timur. Setelah tamat dari lembaga keagamaannya  Alhamdulillah saudara masih bisa melanjutkan ke perguruan tinggi UIN Sunan Kalijogo Jogjakarta di fakultas Dakwah Jurusan Menejen Dakwah dan sementara tinggal di ponpes Hidayatul Mubtadiin desa darakan barat kota Gede Bantul Yogyakarta.

  1. B.     Identitas Idola Remaja B

Saudara Moch Mizan Fadhil mengidolan sesosok orang yang kepribadiannya bertnggung jawab,tegar menghadapi permasalahan-permasalahan hidup,tidak menyerah dan putus asa melainkan selalu berusaha. Sosok orang tersebut tidak lain adalah Ayah dan bundanya. Latar  belakang dan prilaku kepribadian yang membuat saudara Moch Mizan Fadhil mengidolai dan mengaguminya yakni dari perjalanan hipup. Ayahnya terlahir dari keluarga yang kurang mampu, anak ke empat dari tujuh bersaudara yang  sejak dari lahir belum pernah melihat sosok ayahnya.

Kesehariannya makan dengan makanan seadanya itu pun kalau ada,sedangkan kalau tidak ada ya gag makan bahkan pernah tidak makan sampai tiga hari hanya cukup mengkonsumsi minuman sebagai penyambung hidu, penderitaannya tidak cukup sampai disitu,karana beliau anak lelaki yang pertama yang masih hidup sedangkan saudara yang pertama itu perempuan,saudara ke dua dank e tiganya laki-laki tapi sudah meninggal maka beliau sebagai saudara laki-laki pertama yang masih hidup beliau merasa mempunyai beban bukan hanya kepada dirinya sendiri tapi mempunyai beban sebagai tulang punggung keluarga dan menyekolahkan adik-adiknya.beliau melakoninya dengan cara bekerja seusai sekolah sebagai buruh pengembala kambing milik orang di desanya.

Jarak antara sekolah dan desanya itu kurang lebih 14 km yang mana pada tahun itu masih belum ada yang banyak memiliki sepeda moto, jangankan sepeda motor sepeda ontel aja orang-orang tertentu yang mempunyainya , beliau berangkat dari rumah sebelum subuh dan salat subuh di jalan sehingga sampai sekolah kurang dari jam setengah tujuh,beliau berangkat pagi-pagi berharap agar tidak terlambat.begitu seterusnya, beliau melakoni hingga sampai lulus SMA.

Karena beliau memendam cita-cita dan semangat yang tinggi dengan di tunjang prestasi-prestasi yang di peroleh, beliau bisa melanjutkan ke salah satu perguruan tinggi di Surabaya (UNESA) dan medapat gelar Sarjana. Selama proses meneuntut ilmu di perguruan tinggi di samping sebagai mahasiswa beliau juga bekerja sebagai guru SMP.setelah menyelesaikan sarajananya beliau di angkat sebagai guru tetap, saat ini beliau menjabat sebagai kepala sekolah dan menjadi ketua takmir masjid.

Bukan hanya beliau saja tapi adik-adik beliau juga mengikuti jejak kakaknya,adik beliau ada yang menjadi PNS,ada yang jadi pengelolah tambak (perikanan) dan ada juga yang menjadi juragan angkot. Bundanya juga terlahir dari kalangan keluarga yang kurang mampu keturunan suku Madura yang terkenal berwatak keras dan kemauannya tidak bisa di cegah. Bundanya anak pertama dari lima bersaudara, ayahnya meninggal pada waktu beliau berumur enam tahun.

Berawal dari umur enam tahun beliau sudah di ajari untuk hidup mandiri. Beliau membantu ibunya bekerja sebagai pedagang ayam potong. Setelah usai sekolah beliau segera pergi ke pasar untuk membantu ibunya menjual ayam-ayam dagangannya, kalau ayam tersebut tidak habis orang tua beliau di suruh pulang untukistirahat dan beliau sendiri yang menjualnya keliling desa bahkan keuar desa sampai ayam tersebut habis tanpa di temani oarang tua. Bundanya menggungakan masa kecilnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan menyekolahkan adik-adiknya, tidak seperti anak normal pada umumnnya yang mana masa kecilnya digunakan untuk bermain. Begitu beliau melakoni kesehariannya tanpa mengeluh dan putus asa.

Beliau selalu bergembira meskipun sekilas pernah bertanya-tanya kepada orang tuanya tentang nasib keluarganya. Orang tuanya pun menjawab yang dalam bahasa indonesianya seperti ini meskipun hidup kita sekarang susah, besok harus jadi orang yang berguna, berilmu, beriman dan berakhlakul karimah, pasti derajat akan di angkat”, Kata-kata itu selalu di ingat oleh saudara-saudara dan bundanya saudara Moch Mizan Fadhil. Sampai akhirnya lulus Sekolah Dasar dan memutuskan untuk melanjutkan di Mts pondok pesantren Tambak Beras Jombang JATIM. Agar jadi seperti orang yang di katakana orang tuanya. Beliau selalu tegar dan bersyukur dalam menghadapi dilema-dilema persoalan hidup meskipun beliau wanita di sinilah saudara Moch Mizan Fadhil sangat mengaguminya.[20]

Itulah sekilas kisah yang membuat saudara Moch Mizan Fadhil mengidolakan dan menggumi dua orang yang membuatnya selalu memotivasi diri. Sebenarnya panjang kisahnya tapi cukup itulah yang bisa di persembahkan dari penulis dan informan penulis yang diwawancarai tentang identitas dari idola yang sampai sekarang pun masih mengidolakannya.

  1. C.    Pengaruh Idola Dalam Pencarian Jati Diri Remaja B

Menurut pendapat saudara Moch Mizan Fadhil yang mengidolakan sosok yang bertanggung jawab dan bijakasana, yaitu adalah kedua orang tuanya, ayah dan ibu. Tegasnya bahwa pengaruh dari idola terhadap pencarian jati diri itu sangatlah besar dan frekuensinya begitu tinggi dalam bidang motivator untuk mencapai jati diri yang sejati. Memang banyak yang menjadi idola-idola bagi kehidupan saudara Moch Mizan Fadhil, namun tidak lah seperti kedua orang tua yang begitu membuat saudara Moch Mizan Fadhil sendiri merasakan pengaruh yang sangat besar. Dengan sikap kesabaran dan keteguhan hati dalam mengarahkan dan membimbing yang dilakukan oleh idola, menjadikan tolak ukur untuk membuat saudara Moch Mizan Fadhil menjadi seorang yang lebih baik, berakhlak, berilmu, soleh, dan berguna bagi masyarakat khususnya dan umumnya untuk bangsa Indonesia tercinta.

Dan disamping itu, ada sikap idola yang selalu memberikan nasehat dan tausiyah dalam perjalanan kehidupan saudara Moch Mizan Fadhil dalam mengarungi samudra kehidupan yang penuh dengan badai. Tidak mengenal kata sampai disini, meskipun itu sudah tidak menjadi kewajibannya, karena dari segi umur saudara Moch Mizan Fadhil yang sedang masa remaja (puber).

  1. D.    Pengaruh Idola Tehadap Motivasi Remaja B

Menurut pendapat saudara Moch Mizan Fadhil, bahwa peran idola sangat berpengaruh sebagai pendorong (motivasi) dalam kehidupannya sehari-hari, namun dilain sisi bahwa idola tidak hanya sebagai motivator saja, melainkan sebagai bahan renungan dan rujukan menuju kehidupan yang lebih baik dan berkualitas.

  1. E.     Manfaat Mempunyai Idola

Menurut saudara Muhammad Burhanuddin dan Moch Mizan Fadhil bahwasanya disini yang dimaksud adalah Idola yang baik, bukan yang Idola yang merusak genrasi ramaja. Dalam kehidupan remaja  bahwa peran idola mempunyai banyak manfaat atau dampak positif, dan juga terkadang ada dampak negatif nya juga, dianataranya:

v  Dampak Positif:

  1. Remaja dapat meniru perilaku atau hal-hal positif dari idola mereka.
  2. Sebagai motivator dalam menjalani hidup.
  3. Secra tidak langsung sebagai inspirasi atas segala hal remaja lakukan.
  4. Sebagai pencerah penatap cahaya masa depan, untuk mencapai sebuah cita-cita yang besar.

v  Dampak Negatif:

  1. Fanatisme terhadap Idola yang berlebihan yang berakibat pada keyakinan yang berlebihan melebihi keyakinan tehadap Allah SWT.
  2. Seseorag akan menganggap Idola yang lain adalah salah dan Idolannyalah yang paling benar, yang mengakibatkan perpecahan dan pertengkaran antara remaja.[21]

BAB IV

PENUTUP

  1. KESIMPULAN

Masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Perubahan kejiwaan ini menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode strum und drang. Sebabnya karena mereka mengalami penuh dengan gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat.

Maka karena itu tidak heran kalau remaja kebanyakan mempunyai idola dalam hidupya demi menuju lebih baik lagi. Idola bukan hanya sebagai mengagumi belaka pada orang yang di idolakan, namu ketika kita semua sudah mengidolakan seseorang yang dianggap oleh kita mempunyai kharisma yang begitu mengagumkan maka kita juga akan terinspirasi dan termotivasi untuk bersikap sama seperti itu. Hasil penelitian yang diperoleh dengan mengunakan metode wawancara dan observasi adalah bahwa peran idola itu memang sangat berpengaruh dalam proses pencarian jati diri remaja, bahwa idola juga sangat berperan sebagai motivator dalam menuju kehidupan yang berkualitas dan berbudi pekerti yang baik.

Memang tidak penulis nafikan bahwa idola pun dapat berdampak negatif dalam kehidupan remaja, hal ini terjadi jika kita tidak mampu mengontrol emosi dan perasaan kita yang tidak terlalu fanatik kepada idola kita. Disisi lain pun idola begitu banyak berperan dalam msa remaja, di sini peran idola setelah melakukan penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa peran idola hampir sama perannya dengan orang tua kita sendiri, terkadang bahkan kita lebih mendengarkan nasehat dari idola kita dibanding dari orang tua kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

  • Zulkifli . L, Psikologi perkembangan, Bandung, PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009.
  • H.H. Remmers dan C.G. Hacket, Let’s Listen To Youth, Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat,  Memahami Persoalan Remaja, Jakarta, PT Bulan Bintang, 1984.
  • Walgito. Bimo., Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, ANDI OFFSET, 2004.
  • Al Barry. M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, ARLOKA, 1994.

[1] Drs. Zulkifli L, Psikologi perkembangan, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009), hlm. 63

[2] H.H. Remmers dan C.G. Hacket, Let’s Listen To Youth, Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat,  Memahami Persoalan Remaja, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1984), hlm. 4.

[3] Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2003), hlm. 153.

[4] Siti Partini Suardiman, Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta: FIP UNY, 2006), hlm. 127.

[5] Drs. Zulkifli L, op. cit. Hlm. 63.

[6] H.H. Remmers dan C.G. Hacket, Let’s Listen To Youth, Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat,  op, cit.  hlm. 4.

[7] Dra. Wiji Hidayat, M.Ag dan Sri Purnami, S.Psi, op. cit. Hlm. 143.

[8] Drs. Zulkifli L, op. cit. Hlm. 65.

[9] Abdul Rahman-Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 196.

[10] Drs. Zulkifli L, op. cit. Hlm 66.

[11] M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: ARLOKA, 1994), hlm. 239.

[12] Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2004), hlm.220-232.

[13] Data di ambil dari wawancara kepada saudara Muhammad Burhanudin pada tanggal 20 Desember 2010, pada hari Senin jam 10.15 menit WIB, tempat di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Kotagede, Yogyakarta.

[14] Data di ambil dari wawancara kepada saudara Muhammad Burhanudin pada tanggal 22 Desember 2010, pada hari Rabu  jam 16.15 menit WIB, tempat di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Kotagede, Yogyakarta.

[15] H.H. Remmers dan C.G. Hacket, Let’s Listen To Youth, Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat,  Memahami Persoalan Remaja, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1984), hlm. 4.

[16] Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2004), hlm. 220.

[17] Data dari hasil wawancara kepada Muhammad Burhanudin.

[18] Prof. Dr. Bimo Walgito, Ibid, hlm. 220.

[19]Data di ambil dari wawancara kepada Remaja A saudara Muhammad Burhanudin pada tanggal 22 Desember 2010, pada hari Rabu  jam 17.00 menit WIB, tempat di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Kotagede, Yogyakarta.

[20] Data di ambil dari wawancara kepada Remaja B saudara Moch Mizan Fadhil pada tanggal 23 Desember 2010, pada hari Rabu  jam 13.00 menit WIB, tempat di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Kotagede, Yogyakarta.

[21] Data di ambil dari wawancara kepada Remaja A dan B saudara Muhammad Burhanudin dan Moch Mizan Fadhil pada tanggal 24 Desember 2010, pada hari Rabu  jam 14.00 menit WIB, tempat di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Kotagede, Yogyakarta.

Categories: karya ilmiah | Tag: , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

ABORTUS, MENSTRUAL REGULATION DAN INDUKSI HAID DALAM IBADAH PUASA DAN HAJI


KATA PENGANTAR

بسم الله الر حمن الر حيم

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan untuk mewujudkan makalah ini sehingga dapat tersusun dengan baik.

Makalah ini kami tulis sesuai dengan referensi-referensi yang ada. Materi yang disajikan dalam makalah ini yaitu mengenai abortus, menstrual regulation dan induksi haid dalam ibadah puasa dan haji.

Kami mangucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah memberi bantuan pemikiran dan proses penyusunan makalah ini.

Semoga makalah yang bertema abortus, menstrual regulation dan induksi haid dalam ibadah puasa dan haji ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan yang ada. Untuk itu kami harapkan kritik dan saranya dari semua pihak demi kesempurnaan makalah selanjutnya yang kami tulis.

Yogyakarta, 08 Juni 2011

Pemakalah

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.    Latar Belakang

Globalisasi adalah suatu keniscayaan, sebagai konsep pergerakaan yang sudah masuk dalam faham masyrakat dan dengan cepat dapat mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Era globalisasi yang singgung-singgung dengan kemajuan IPTEK, sehingga menjadi suatu keadaan dimana interaksi antar bangsa dan warga negara yang berbeda akan semakin dipermudah. Alhasil berita, informasi, modal, barang, dan segala macam bentuk begitu cepat bisa kita terima. Dan merupakan fenomena-fenomena yang terkadang mempengaruhi aspek agama, yang mana paham liberalisme yang terbungkus rapih dalam paketan globalisasi. Bahkan kita tidak menyadari dan terlalu hedonis akan dampak negatif dari liberalisme. Hal ini yang membuat timbulnya nilai-nilai kebebasan sekulerisme yang dibawa dari peradaban Barat yaitu, suatu paham yang berpendapat bahwa urusan agama harus dipisahkan dengan urusan kehidupan. Faham peradaban Barat yang tidak bermoral ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi peradaban Islam yang adil dan manusiawi. Baca lebih lanjut

Categories: karya ilmiah | Tag: , , , , , , , | Tinggalkan komentar

PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN DI INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan persoalan vital bagi setiap segi kamajuan dan perkembangan manusia pada khusunya dan bangsa pada umumnya. Kemajuan dalam segi pendidikan maka akan menentukan kualitas sumber daya manusia dan perkembangan bangsa yang kearah lebih baik dan maju. Peningkatan kualitas pendidikan tidaklah mudah melainkan membutuhkan waktu yang panjang dan keterlibatan berbagai komponen dan elemen.
Dewasa kini banyak orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan. Di lain pihak banyak pula yang mengembor-gemborkan dan menandaskan bahwa perlu dan pentingnya rekonstruksi atau pembaharuan pendidikan dan pengajaran, ironinya sangat sedikit sekali para pemerhati dan pengkritisi pendidikan yang berbicara mengenai soal pemecahan masalahnya (problem solving) perbaikan pendidikan dan pengajarannya agar lebih maju dan mencapai tujuan pendidikan yang hakiki.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berperan sebagai salah satu wakil dari pemerintah pusat Indonesia maka peran sekolah berkewajiban untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam organisasi sekolah, kedudukan kepala sekolah merupakan faktor penentu, pengerak segala sumber daya yang ada dalam sekolah, agar segala komponen yang di dalamnya dapat berfungsi secara maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kelapa sekolah yang berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, leader, motivator dan supervisor sekolah.
Guru memiliki peran yang sangat besar, besarnya tanggung jawab guru dalam pendidikan merupakan tantangan bila dikaitkan dengan mutu pendidikan dewasa kini. Keluhan masyarakat terhadap merosotnya mutu pendidikan seharusnya dapat menjadi refleksi bagi para guru yang tidak kompeten dan profesional. Guru profesional bukan hanya sekedar dapat menguasai materi dan sebagai alat untuk transmisi kebudayaan tetapi dapat mentransformasikan pegetahuan, nilai dan kebudayaan kearah yang dinamis yang menuntut produktifitas yang tinggi dan kualitas karya yang dapat bersaing.
Dalam konteks ini sebenarnya guru yang kurang profesional sangat membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang lain atau supervisor dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya seperti masalah kurang pahamnya tujuan pendidikan, tujuan kulikuler, serta tujuan instruksional dan oprasional. Sehingga peran guru yang sangat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan akan dapat tercapai jika semua permasalahan yang dihadapi oleh para guru dapat dipecahkan dengan baik. Dan seorang yang di sebut supervisor yang mempunyai fungsi sebagai pembimbing, mengarahkan, membantu dalam hal ini adalah Kepala Sekolah (supervisor) yang setiap hari langsung berhadapan dengan guru.
Supervisi merupakan salah satu fungsi kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dalam melaksanakan pengajaran. Sehubungan dengan pentingnya aktifitas supervisi sekoalah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas guru pada khususnya dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya, maka dalam penulisan makalah ini akan dibahas seputar aktivitas supervisi pendidikan atau sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas mutu pendidikan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, maka dapat di tarik rumusan permasalahannya antara lain:
1. Apa pengertian dan fungsi supervisi pendidikan?
2. Bagaimana tujuan dan prinsip dari supervisi pendidikan?
3. Bagaimana teknik dan perilaku dari supervisi pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey, supervisi adalah program yang berecana untuk memperbaiki pengajaran. Inti dari supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki hal belajar dan mengajar. Program ini dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerjasama dengan orang lain (guru dan petugas pendidikan lainnya). Dalam “Dictionary of Education”, Good Carter, memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode pengajar dan evaluasi pengajaran.
Program supervisi bertumpu pada suatu prinsip yang mengakui bahwa setiap manusia itu sudah mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Menurut H. Burton dan Leo J. Brucker, Supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuannya mempelajari dan memperbaiki secara bersama faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka dari uraian definisi-definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi dari supervise adalah memajukan dan mengembangkan pengajaran sehingga proses belajar mengajar yang di lakukan oleh seorang guru berlangsung dengan baik dan efektif.
Dengan demikian hakekat supervisi adalah suatu aktivitas proses pembimbingan dari pihak atasan kepada para guru dan para personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para peserta didik, untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien dengan prestasi dan mutu belajar yang semakin meningkat. Sedangkan yang melakukan aktivitas supervisi disekolah tersebut adalah kepala sekolah (supervisor).
Nilai supervisi ini terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan yang tercapai oleh peserta didik. Dan istilah pembimbingan di atas cenderung mengacu kepada usaha yang bersifat demokratis atau manusiawi yang tidak bersifat otoriter. Kemudian yang dimaksud sebagai pihak atasan, disamping dalam arti hierarki, akan tetapi jiga dalam arti kewenangan dan kompetensi dalam bidang supervisi. Memperbaiki situasi bekerja belajar mengajar secara efektif dan efisien tergantung makna didalamnya bekerja dan belajar secara berdisiplin, bertanggung jawab, dan memnuhi akuntabilitas.
B. Fungsi dan Tujuan Supervisi Pendidikan
Supervisor akan berfungsi, bila supervisor dipandang sebagai bagian atau oragan dari organisasi sekolah. Dan bila dipandang sebagai sesuatu yang ingin dicapai supervisi, maka hal itu merupakan tujuan dari supervisi. Maka fungsi dan tujuan supervisi sangat berhubungan dengan erat, dan keduanya menyangkut hal yang sama. Hal ini dibedakan agar informasi yang diberikan nanti menjadi lebih lengkap.
Fungsi supervisi dapat dibedakan menjadi dua bagian besar antara lain:
a. Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu mengembangkan potensi individu peserta didik.
b. Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina para guru dan staf personalia agar ingin bekerja dan mengajar dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat sekitar.
Sesudah membahas fungsi-fungsi dari supervisi di atas, maka telah sampailah uraian ini pada tujuan supervisi. Tujuan supervisi ialah memperkembangkan situasi belajar dan belajar yang lebih baik dan efektif. Usaha perbaikan belajar dan mengajar ditujukan pada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu, pembentukan pribadi anak yang utuh dan maksimal.
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan antara lain:
1. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.
2. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
3. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-metode dan sumber-sumber pengalaman belajar.
4. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.
5. Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.
6. Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dengan baik dalam pembinaan sekolah.
C. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Seorang kepala sekolah atau selaku pemimpin sekolah yang berfungsi sebagai supervisor. Dan dalam melaksanakan tugasnya idealnya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi yang sudah ditentukan. Supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan. Ia adalah jasa yang bersifat kooperatif dan mengikutsertakan, sehingga para guru hendaknya dapat dilibatkan seberapa dapat dalam pengembangan supervisi.

Berikut ini adalah beberapa prinsip pokok tentang supervisi antara lain:
a. Ilmiah yang mencakup unsure-unsur:
 Sistematika artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu.
 Obyektif artinya data yang didapat pada observasi yang nyata dan buka tafiran pribadi.
 Menggunakan alat (instrument) yang dapat member informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
b. Demokratis, yaitu menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
c. Kooperatif, maksudnya ialah seluruh staf dapat bekerja bersama, menggembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
d. Konstruktif, dan kreatif yaitu membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat menggunakan potensi-potensinya dengan baik dan maksimal.
Bahwa menjadi seorang supervisor tidak sedikit masalah yang dihadapi dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu dalam usaha memecahkan masalah-masalah ini hendaknya berpegang teguh pada pancasila yang merupakan falsafah bangsa dan prinsip asasi yang merupakan landasan utama dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai supervisor.
D. Teknik dan Model Supervisi Pendidikan
Menurut Prof. Dr. Sutisna Oteng, dalam bukunya memaparkan ada sejumlah teknik supervisi yang dipandang perlu dan bermanfaat untuk meransang dan mengarahkan perhatian para guru terhadap kurikulum dan pengajaran, untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang bertalian dengan mengajar dan belajar, dan untuk menganalisis kondisi-kondisi yang mengelilingi mengajar dan belajar. Dan berikut ini adalah teknik-teknik supervisi yang dipandang bermanfaat, antara lain:
1. Kunjungan kelas.
2. Pembicaraan individual.
3. Diskusi kelompok.
4. Demonstrasi mengajar.
5. Kunjungann kelas antar guru.
6. Pengembangan kurikulum.
7. Buletin Supervisi.
8. Perpustakaan professional.
9. Lokakarya, dan
10. Survey sekolah-masyarakat.
Adapun teknik yang diterapkan dalam memberikan supervisi kepada guru dapat dilakukan dengan pendekatan langsung (direktif), pendekatan tidak langsung (non direktif), dan pendekatan kolaboratif.
a. Teknik pendekatan langsung (direktif)
Pendekatan langsung maksudnya adalah pendekatan terhadap masalah dengan cara langsung. Supervisor atau kepala sekolah mengadakan supervisi secara langsung, prinsip yang dilakukan adalah menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, member contoh dan menguatkan.
Teknik secara langsung ini bisa bersifat, 1) individual, seperti kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, intervensi, menyeleksi berbagai sumber yang digunakan untuk mengajar dan melihat cara dan hasil evaluasi; 2) kelompok, yaitu pendekatan yang dapat dilakukan dengan bentuk-bentuk rapat guru, panitia penyelenggaraan kegiatan sekolah, studi kelompok guru, dan workshop.
b. Teknik pendekatan tidak langsung (non direktif)
Teknik supervisi tidak langsung adalah pendekatan masalah pengajaran yang sifatnya tidak langsung menunjukan permasalahan, melainkan seorang guru bercerita mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Supervisor atau kepala sekolah menyimpulkan permasalahan guru tersebut kemudian member bimbingan dan mengarahkan.
c. Teknik pendekatan kolaboratif
Teknik pendekatan kolaboratif adalah pendekatan yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru bersama-sama bersepakat (consensus) untuk menetapkan struktur, proses, dan criteria dalam melaksanakan pembelajaran.
Sedangkan model supervisi adalah pola yang dilakukan oleh seorang supervisor untuk melakukan kegiatan supervisi. Pola supervisi berkembang sesuai dengan dinamika ilmu pengetahuan, yaitu:
1. Pola konvensional yaitu pola supervisi dimana seorang kepala sekolah menunjukan kekuasannya yang otoriter dan feudal. Perilaku yang dilakukan dalam supervisi adalah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kekurangan.
2. Pola supervisi klinis yaitu pola supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar melalui siklus yang sistematis, mulai dari perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif da cermat tentang penampilan mengajar dengan tujuan mengadakan perubahan secara ilmiah dan rasional.
E. Perilaku Supervisi Pendidikan
Perilaku supervisi pendidikan adalah supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor terkait dalam rangka meningkatkan kinerja guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetukan. Ada dua kegiatan yang terdapat dalam supervisi, yaitu kegiatan pengumpulan data dan pembinaan. Kegiatan pengumpulan data adalah kegiatan supervisi untuk mengumpulkan bahan atau masalah yang dihadapi oleh para guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan pembinaan adalah tindak lanjut dari kegiatan pengumpulan data sehingga pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah berdasar atas data yang ditemukan dilapangan.
Dalam pelaksanan pengumulan data dan pembinaan seorang supervisor harus berpengang teguh pada prinsip-prinsip yang sudah ditentukan. Agar dalam pelaksanaan supervisi antara kepala sekolah dan para guru terjalin hubungan yang harmonis, dan harus bersifat obyektif, kooperatif, dan konstruktif sehingga diharapkan hal ini dapat menampung aspirasi da kebutuhan para guru dan staf personalia berkenaan dengan masalah-masalah yang mereka hadapi. Dan perilaku supervisi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, tergantung konteks yang terjadi dilapangan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa supervisi mempunyai tujuan yang jelas dan sangat baik yaitu membimbing dan membantu kesulitan para guru dalam mengarajar dan belajar agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien pada khusunya dan peningkatan kualitas mutu pendidikan pada umumnya. Dan dalam pelaksanan supervisi maka harus berpengang teguh pada prinsip-prinsip yang sudah ditentukan.
Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah sebaiknya tidak hanya kepada para guru saja, namu hendaknya kepada seluruh elemen sekolah yang disertai tugas-tugas tertentu seperti bagian, administrasi tata usaha, perpustakaan, laboratorium, ekstra kurikuler dan bagian tugas lainnya. Sehingga dalam kenyataannya supervisi tidak hanya dijadikan sesuatu aktifitas kelengkapan atau penyempurnaan struktural oraganisasi sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

• Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999, Jakarta, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Sekolah/Madrasah, Materi Pelatihan Calon Kepala Sekolah/Madrasah, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
• Sahertian. Piet. A. dan Mataheru. Frans, 1981, Surabaya, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, USAHA NASIONAL.
• Soetopo. Hendiyat dan Soemanto. Wasty, 1988, Jakarta, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, PT BINA AKSARA.
• Masngud, SULUH, Vol. 3 No.1 Januari-April 2010, Supervisi Pendidikan, Jurnal Pendidikan Islam.
• Sutisna. Oteng, 1989, Bandung, Administrasi Pendidikan (Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional), ANGKASA.
• H.A.R. Tilaar, 2002, Jakarta, Memebenahi Pendidikan Nasional, Rineka Cipta.

Categories: Uncategorized | Tag: , , , | Tinggalkan komentar

KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA; ALTERNATIF SEBAGAI LANDASAN MEWUJUDKAN CITA-CITA PENDIDIKAN INDONESIA YANG HUMANIS


Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh pendidikan nasional, yang perjuangannya dalam dunia pendidikan sangat bermakna bagi kemerdekaan Bangsa Indonesia. Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Lahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, disaat itu beliau berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, beliau tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Dengan perjuangan jasa-jasa beliau dulu yang sangat hebat memperjuangkan pendidikan yang merata untuk semua rakyat dan humanis, maka agar untuk mengenang perjuangan beliau yang gigih kemudian kelahirannya beliau dijadikan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) yang biasa kita peringati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya. Hal ini telah menjadi momentum spesial untuk memperingatkan kepada segenap masyarakat negeri akan pentingnya arti dan esensi pendidikan bagi anak negeri yang sangat kaya ini.
Cermin Pendidikan di Indonesia.
Pada tahun 2003, telah dilahirkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui UU No. 20 tahun 2003 yang menggantikan UU No. 2 tahun 1989. Tersurat jelas dalam UU tersebut bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Ironinya, bahwa pendidikan pada saat ini telah bergeser dari apa yang di amanatkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, mengapa demikian? Karena pendidikan sekarang ini sudah menjadi sebuah lahan industri baru yang baru. Bukan lagi sebagai sebuah upaya pembangkitan kesadaran kritis dan sebagai tempat pengembangan potensi-potensi manusia. Sehingga hal ini mengakibatkan terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli ijasah hingga jual-beli nilai pelajaran (komersialisasi pendidikan). Belum lagi biaya pendidikan sekarang semakin tahun semakin mahal saja, hal tersebut diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap kebutuhan tempat belajar yang layak dan murah. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan banyak tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak mau semakin membuat rakyat miskin yang tidak mampu semakin terpuruk dan sulit untuk mengakses pendidikan. Karena pendidikan hanyalah bagi mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan hanyalah sebuah mimpi. Ironinya, ketika ada inisiatif untuk membangun wadah-wadah pendidikan alternatif, sebagian besar dipandang oleh oknum pemerintah sebagai bentuk dan upaya membangun pemberontakan.
Sementara di berbagai daerah, pendidikan pun masih berada dalam kondisi keprihatinan. Mulai dari kekurangan tenaga pengajar, fasilitas pendidikan sampai membuat sukarnya masyarakat untuk mengikuti pendidikan karena permasalahan ekonomi dan kebutuhan hidup. Pada beberapa wilayah, banyak anak-anak yang memiliki keinginan untuk bersekolah, namun mereka harus rela membantu keluarganya untuk mencukupi kebutuhan hidup untuk makan, beli pakaian, dan lain-lain, contohnya saja dapat kita lihat di perempatan-perempatan jalan kota banyak anak-anak kecil yang sewajarnya masih bersenang-senang beramain dengan teman sebayanya dan belajar, harus berganti profesi menajdi peminta-minta atau pengamen di jalanan. Sungguh sangat tidak manusiawi dan ironinya pemerintahpun masih cuek-cuek saja dengan realitas seperti itu. Artinya, bahwa oknum pemerintahan SBY-Budiono telah gagal untuk mencapai kesejahteraan rakyat dan mewujudkan tujuan pendidikan. Belum lagi bila berbicara pada kualitas pendidikan Indonesia yang hanya berorientasi pada pembunuhan kreatifitas berpikir dan berkarya. Sedangkan kurikulum yang ada dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini memang dapat membuat peserta didik menjadi pintar namun tidak menjadi cerdas, kreatif dan terampil. Pembunuhan kreatifitas ini disebabkan pula karena paradigma pemerintah Indonesia yang mengarahkan masyarakatnya pada penciptaan tenaga kerja untuk pemenuhan kebutuhan industri yang sedang gencar-gencarnya ditumbuh suburkan di Indonesia.
Sistem pendidikan nasional yang telah berlangsung hingga saat ini masih cenderung mengeksploitasi pemikiran peserta didik. Indikator yang dipergunakanpun cenderung menggunakan indikator kepintaran (kognitif), sehingga hanya keberhasilan belajar dilihat dari nilai di dalam rapor maupun ijasah tidak serta merta menunjukkan peserta didik akan mampu bersaing maupun bertahan di tengah gencarnya industrialisasi yang berlangsung saat ini. Menurut Prof. Dr. Sutrisno dalam perkulihan filsafat pendidikan pernah menyampaikan bahwa kemampuan pengetahuan kognitif (hard skill) dan kemampuan ketrampilan hidup (soft skill) itu lebih banyak berguna kemampuan soft skill nya, jika dipresentasekan maka hard skill hanya berpengaruh 20% dan 80% nya adalah soft skill. Jika saya meminjam kata-kata dari (Martin Luther King) “Aku tidak peduli berapa lama aku akan hidup dalam sistem ini. Aku akan tidak pernah menerimanya. Aku akan perangi sistem ini sampai mati.” Jadi sudah menjadi keniscayaan bagi dunia pendidikan harus merekonstruksi sistem pendidikan nasional dan kurikulumnya yang sudah gagal dan tidak relevan dengan dunia sekarang. Menuju pada sitem pendidikan nasional yang representatif dengan kebutuhan masyarakat dan tekanan perkembangan zaman globalisasi sekarang ini.
Sorot Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Dalam bentuk perkulihan apapun yang pembahasan tentang pendidikan penulis belum pernah menjumpai pembahasan mengenai konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara. Kabanyakan yang dipakai adalah konsep pendidikan ala barat, Padahal kita semua mengetahui bahwa beliau adalah bapak pendidikan nasional, yang mana beliau adalah seorang pemikir pendidikan asli Indonesia yang telah memperjuangkan pendidikan untuk rakyat dan beliau juga lebih mengetahui harus bagaimana konsep pendidikan untuk Indonesia itu sendiri yang sesuai dengan konteks realita di Indonesia.
Dalam berbagai tulisan tentang pendidikan yang ditulis oleh Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan harus dimulai dari persamaan persepsi pemangku pendidikan tentang mendidik itu sendiri. Menurut Ki Hajar Dewantara mendidik dalam arti yang sesungguhnya adalah proses memanusiakan manusia (humanisasi), yakni pengangkatan manusia ke taraf insani. Di dalam mendidik ada pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi manusiawi yang otentik kepada manusia, untuk dimiliki, dilanjutkan dan disempurnakan. Jadi sesungguhnya pendidikan adalah usaha bangsa ini membawa manusia Indonesia keluar dari kebodohan, dengan membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia (humanis). Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Adapun pemikiran beliau melihat pendidikan dari 2 (dua) sudut pandang antara lain:
Dari sudut pandang psikologis, menurut beliau bahwa manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya (humanisasi) ini harus menuntut pengembangan semua daya secara seimbang (proposional). Karena jika pengembangan yang hanya menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidak-utuhan perkembangan sebagai manusia (dehumanisasi). Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika hal ini berlanjut terus maka akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
Dari titik pandang sosio-anthropologis, menurutnya bahwa kekhasan manusia yang membedakannya dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Persoalannya budaya dalam masyarakat itu berbeda-beda. Dalam masalah kebudayaan berlaku pepatah:”Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.” Maka manusia akan benar-benar menjadi manusia kalau ia hidup dalam budayanya sendiri. Manusia yang seutuhnya antara lain dimengerti sebagai manusia itu sendiri ditambah dengan budaya masyarakat yang melingkupinya.
Ki Hajar Dewantara sendiri dengan mengubah namanya ingin menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu maksudnya dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria. Yang mana jika sikap pendidikan kita seperti ini maka dapat mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara (nasionalisme). Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.
Jadi sudah saatnya kita kembali pada esensi yang diperjuangkan oleh bapak pendidikan nasional kita. Bahwa idealnya pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan. Pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan harga diri, dan setiap orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya. Peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain.
Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Yang dimaksud dengan manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”.
Sedangkan seorang guru yang efektif harus memiliki keunggulan dalam mengajar (paedagogik), sikap yang menjadi teladan bagi peserta didik (personal), hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah, dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain seperti orang tua, komite sekolah, pihak terkait (sosial), segi administrasi sebagai guru dan sikap profesionalitasnya (profesional). Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka tidak kalah penting bahwa upaua membangun suatu etos kerja yang positif sangat diperlukan yaitu, seperti menjunjung tinggi pekerjaan, menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga penampilan (performance) seorang profesional baik dari segi fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator.
Singkatnya, bahwa dalam dunia pendidikan perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap peserta didik. Dan pendidikan harus dapat menjadi wadah yang bukan hanya mengembangkan kemampuan daya cipta (kognitif) namun secara karsa (afektif) dan karya (psikomotorik) harus proposional. Mari bersama-sama kita sebagai calon pendidik harus terus memperjuangkan pedidikan Indonesia agar lebih memanusiakan manusia, membudayakan bangsa, dan mengindonesiakan nusantara. Agar hari pendidikan nasioanal bukan hanya sekedar sebuah peringatan (efouria) yang tidak mempunyai nilai kemajuan dan kejayaan untuk pendidikan Indonesia tercinta. Sudah saatnya Indonesia berdiri di atas kaki sendiri dengan sebuah kesejahteraan sejati bagi seluruh masyarakat Indonesia raya.

Categories: Uncategorized | Tag: , , , , | Tinggalkan komentar

MENEMUKAN KEMBALI LANDASAN YANG HILANG


“Kehidupan yang tidak dipahami, Karena tidak pernah dipelajari, Tidak bernilai untuk dilalui”.(Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M.Sc, Ed.)

Ada sebuah fenomena yang sering kita lihat dan rasakan di depan mata, yang hampir-hampir tidak terdeteksi oleh analisis kita. Yakni sebuah proses dinamika organisasi yang terjadi ketika organisatoris harus memilih antara menjalankan amanat organisasi tanpa menghiraukan landasasn filosofinya, dengan mendalami filosofi organisasi hanya sebagai pengetahuan belaka, yang tanpa menghiraukan penerapannya. Jika ingin memilih dari satu diantara keduanya, yang mana pun berarti adalah memilih sesuatu yang salah. Karena secara hakiki, tidak ada aktivitas dan atau praktek yang dapat berlangsung tanpa sebuah dasar landasan filosofi, yang sedikitnya filosofi yang terkait dengan makna kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan.

Sebuah organisasi tanpa dasar ideologi atau filosofi yang jelas, bagaikan kapal yang berlayar tanpa sebuah nahkoda didalamnya, artinya akan terombang-ambing oleh ombak dan angin laut. Sehingga tidak akan pernah sampai pada sebuah orientasi dan arah tujuan yang jelas nantinya. Bukan saja goyah terombang-ambing namun sangat lah berbahaya, karena hal ini tidak menutup kemungkinan bisa membuat tenggelam dalam perjalannya. Sebaliknya, jika tidak ada filosofi yang dapat mendalami problematik organisasi tanpa menjiwai praktek organisasi ini pun dapat membahayakan. Karena sebuah dasar ideologi dan filosofi yang tidak berkelanjutan ke dalam praktek penerapannya yang relevan dalam kehidupan nyata akan mubazir dan tidak layak disebut sebagai filosofi organisasi.

Memang tidak kita pungkiri pada saat tertentu, dalam konteks tertentu, dapat muncul sebuah problem dalam sebuah wadah organisasi, biasanya problem yang lebih dominan ini muncul bersifat pada teknis, dan disaat yang lain pun biasanya bersifat finansial, ketenagaan, kultulral, dan profesionalisme? Tetapi apakah problem yang mengemuka pada suatu saat bersifat teknis, finansial, profesionalisme atau gabungan dari semuanya, namun pada saat yang sama problematik organisasi itu juga selalu bersifat normatif, yakni terkait dengan norma, dan nilai-nilai dasar yang sudah di tanam sebelumnya, yang dapat memberikan relevansi dan makna kepada sifat problematik organisasi yang teknis.

Hal yang negatif ini jika terus dibiarkan maka akan mengakibatkan munculnya hal negatif yang lain, karena kondisi yang negatif tanpa ditangani atau dipecahkan ini sangat mudah meningkatkan pandangan yang semakin negatif seperti sikap pragmatis, hedonis dan individual yang mengutamakan kepentingan pribadi. Maka sangat diperlukan sekali dalam sebuah organisasi harus mempunyai dasar ideologi dan filosofi yang jelas dan relevan dengan kondisi ruang dan waktu dan konteks organisasi yang terkait. Sehingga kita dapat memilih gabungan dari keduanya, yakni praktek yang berdasarkan filosofi yang relevan, untuk senantiasa memberikan pembenaran, arah, tujuan dan makna dari seluruh spektrum kegiatan organisasi. Karena jika memakai filosofi yang tidak relevan maka hanya akan melahirkan falsafah yang tidak jelas. Dan falsafah yang tidak jelas hanya akan semakin memperkuat sikap negatif sebagai tradisi, “kegagalan akan melahirkan kegagalan”.

Categories: informasi | Tag: , | Tinggalkan komentar

Gerakan Sosial di Indonesia: (PENGERTIAN DAN KONSEP GERAKAN SOSIAL)


Gerakan Sosial

Bab I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dewasa kini kita semua sering menjumpai aksi-aksi demontrasi yang dijalankan oleh gerakan-gerakan sosial baik dari kalangan mahasiswa maupun elemen masyarakat. Ini semua karena mereka peduli terhadap bangsa Indonesia tercinta ini. tak bisa di pungkiri bahwasannya gerakan-gerakan sosial sangatlah berpengaruh terhadap perjalanan perkembangan bangsa Indonesia ini.

Penulis akan membawa pembaca untuk melihat aksi dari gerakan sosial, misalanya gerakan mahasiswa tahun 1998 merupakan sebuah contoh gerakan sosial yang berhasil dalam misinya. Memang tidak semua slogan yang di inginkan dalam gerakan mahasiswa bisa terwujud namun langkah-langkah dan karakteristik yang diambil dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Indonesia selama tahun 1998 menunjukkan sebuah ciri-ciri gerakan sosial. Saat Presiden Soeharto mengundurkan diri 21 Mei 1998, gerakan mahasiswa yang marak di hampir seluruh kampus di Indonesia mencapai klimaksnya. Sesudah itu perlahan-lahan situasi kampus kembali ke kehidupan perkuliahan. Boleh dikatakan, gerakan sosial seperti itu seperti sebuah gerakan resi yang turun gunung manakala situasi membahayakan negara memanggilnya. Baca lebih lanjut

Categories: karya ilmiah | Tag: , , , , , , , , | 2 Komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com